( Penulis Davit Segara )
Di balik tampilan permainan yang tampak menyenangkan dan penuh warna, tersembunyi kenyataan pahit yang menggerogoti masyarakat kita secara perlahan yaitu judi slot, dimana telah menciptakan generasi malas, pasrah, dan kehilangan jati diri.
Fenomena ini menyentuh semua lapisan usia. Pemuda-pemudi yang seharusnya membangun masa depan, justru larut dalam angan semu untuk jadi kaya instan. Orang tua paruh baya, yang dulu jadi panutan keluarga, kini ikut terjerumus dalam kebiasaan berjudi tanpa arah.
Alih-alih bekerja atau berwirausaha, mereka menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar ponsel, menanti keberuntungan yang tak kunjung datang. Slot bukan hanya menghisap uang, tapi juga menguras semangat hidup dan rasa tanggung jawab. Anak-anak muda jadi enggan belajar. Orang tua mulai lalai mengurus keluarga.
Kebiasaan ini menciptakan masyarakat yang rapuh. Mereka tidak lagi mengenal arti kerja keras, tidak lagi malu mengemis atau berutang, bahkan tak segan mencuri demi top up chip. Harga diri luntur. Malu diganti nafsu. Masa depan dikorbankan untuk kepuasan sesaat.
Kita dihadapkan pada krisis karakter yang nyata. Judi slot bukan sekadar pelanggaran hukum, tapi pelanggaran nilai kemanusiaan.
Sebagai wartawan, saya mengajak kita semua—pemerintah, tokoh agama, pendidik, dan masyarakat umum—untuk tidak lagi membiarkan ini menjadi budaya. Harus ada gerakan serius, terpadu, dan konsisten untuk menyelamatkan generasi dan membangkitkan kembali kesadaran akan harga diri.
Karena jika dibiarkan, maka bukan hanya uang yang hilang, tapi manusia yang utuh pun akan lenyap—digantikan oleh sosok-sosok yang hidup hanya untuk menunggu giliran “spin”.
